Sayup aku dengar tangisan
Di tanah bebatuan tertutup lapisan abu
Di sebuah bangunan tertutup kain
Kain tipis yang usang, terlalu usang
Mereka berkumpul disana
Mematung
dengan mata kosong
Aku tak melihat air mata yang jatuh
Tapi aku mendengar jeritan itu
Jeritan menghujat Tuhan
Yang tersembunyi dibalik mata
"Engkau sungguh tega ya Tuhan"
Aku menunduk lesu
Lebih dalam aku menatap orang itu
"Engkau tega mengambil buah hatiku"
"Salah apa diaaa"
Jelas aku mendengarnya
Aku berusaha melangkahkan kakiku
Tapi aku tak sanggup
Kulihat bibirnya bergetar tak terkendali
Aku membalikan badanku
Dan membiarkan air lembut ini jatuh
Pikiran di kepalaku sedang bertengkar hebat
Apakah aku perlu menenangkan hatinya
Atau aku menamparnya
Dia seorang yang butuh ketenangan
Tapi butuh pula sedikit cacian
Lama aku berdiri mematung
Lalu gadis kecil menyapaku dengan manis
"kakak"
Aku menoleh
Hatiku gerimis melihat matanya
Matanya bersinar ditengah kegelapan
Dia tersenyum kearahku
Aku...
Aku luluh oleh senyuman gadis manis itu
Aku mengusap kepalanya
Dan memutuskan untuk pergi menjauh
"Aku tak ingin mengganggu mereka"
"Biar Tuhan dan segala peringatanNya yang melakukan"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar